Iklan

KODE IKLAN ANDA

Kisah Dua Tahun Pengembangan Game Ascender Bagian 2 – Seperti Menghidupkan Orang yang Sudah Mati



Seperti menghidupkan orang yang sudah mati: mustahil! Berikut adalah sisi emosional selama dua tahun pengembangan game Ascender.

Setelah sebelumnya saya berbagi hal yang mudah diceritakan, terkait pengembangan Ascender, nah sekarang saatnya menjelaskan proses intangible atau yang tidak terlihat dari pembuatan Ascender. Saya akan berusaha menuangkan segenap perasaan dan pengorbanan yang telah dilakukan dalam proses pengerjaan Ascender. Harapannya, tulisan ini bukan untuk membuat kamu berhenti atau mundur dalam mewujudkan impianmu, namun justru membuka matamu bahwa keajaiban itu memang ada loh… Asal kamu percaya!
kisah pengembangan game ascender
Kami menang!
Mengapa GameChanger membuat Ascender? Pertama, saya mau menjelaskan dulu tentang GameChanger. Selama ini saya dan Dodick lebih dikenal sebagai Gambreng Games yang mengembangkan game kasual untuk platform mobile.  Namun sejak kami berdua keluar dari pekerjaan tetap kami di akhir tahun 2014 dan full time di studio, kami berpikir keras untuk membuat game yang menghasilkan banyak uang. Maka, kami melakukan riset dan mengambil keputusan untuk meninggalkan sejenak dunia game mobile untuk beralih ke platform PC dan kami memilih GameChanger sebagai nama studionya.
Ascender adalah game puzzle platformer dimana player berperan sebagai Sky, robot kecil nan unik, yang harus menyelesaikan berbagai quest untuk mendapatkan metal legendaris yang dibutuhkan Ocean, sahabatnya. Ocean merupakan anak angkat Prof. Toro yang terlahir tanpa memiliki kedua tangan dan kakinya.
Kondisi lingkungan Goa yang berada di bawah tanah tidak memungkinkan Prof. Toro untuk menjelajahinya demi mendapatkan metal legendaris tersebut. Oleh karena itu, Sky diciptakan Prof. Toro untuk menjalankan misi tersebut.
kisah pengembangan game ascender
Serius gak serius kerja
Untuk mewujudkan hal tersebut kami mulai mengajak orang-orang terdekat untuk bergabung. Terbentuklah sebuah tim lengkap mulai dari produser, desainer, story writer, programmer, visual artist dan sound engineer. Setiap orang sesuai perannya mulai membuat perencanaan.
Art Director kami yang bernama Rizal mulai bereksperimen dengan menggambar berlembar-lembar environment ataupun karakter untuk mendapatkan concept art terbaik. Saya, Bonar (story writer) dan Dodick (game desainer) menghabiskan bermalam-malam untuk merancang cerita terkait Prof. Toro, Ocean dan Sky. Kami sepakat mengambil latar daerah pegunungan Himalaya sebagai inspirasi tempat.
kisah pengembangan ascender
Tanpa memiliki pengalaman dengan game sebesar dan sekompleks Ascender, setiap orang tetap berusaha mengerjakan bagiannya dengan baik. Dalam upaya mempercepat langkah, kami mulai merekrut tambahan orang yaitu 2 artist, 1 programmer dan 1 music director.
Empat mahasiswa magang juga terlibat dalam game ini. Jadi, total ada 14 orang yang terlibat di Ascender. Kami pun mengumpulkan sebanyak mungkin uang dari kantong kami sendiri untuk membiayai pembuatan game ini. Kami juga mendapatkan dana tambahan dari kompetisi game yang kami ikuti.
kisah pengembangan game ascender
Sebagian tim Ascender
Di tengah perjalanan menyelesaikan Ascender yang rencananya dirilis Maret tahun lalu, berbagai kenyataan pahit datang silih berganti. Sejak mendapatkan Greenlit di bulan Januari 2016, kami berusaha mencari publisher yang akan membantu rilisnya Ascender. Berbagai usaha, seperti mengirimkan email dan menemui langsung mereka di beberapa event tidak membuahkan hasil. Dari puluhan publisher yang kami kontak, kurang dari 5 yang merespon dan hanya 1 yang betul-betul memberikan review secara jujur dan panjang lebar.

Lanjut ke halaman 2…